Taput, NINNA.ID-Di jantung Sumatera Utara, di antara bentang alam pegunungan dan udara sejuk dataran tinggi Tapanuli, berdiri Bandara Internasional Silangit (DTB) — bandara yang dalam satu dekade terakhir menjelma menjadi “gerbang baru” menuju Danau Toba, dan kini tengah menapaki momentum penting menuju kebangkitan pariwisata nasional.
Silangit bukan sekadar titik singgah; ia adalah simbol tekad pemerintah menjadikan Danau Toba sebagai destinasi super prioritas yang mampu menyaingi destinasi kelas dunia.
Akan tetapi, di balik geliat pertumbuhan penumpang dan bertambahnya frekuensi penerbangan, tersimpan tantangan klasik: aksesibilitas dan integrasi moda transportasi yang belum sepenuhnya terwujud.
[caption id="attachment_6099" align="alignnone" width="635"]
Bandara Internasional Silangit.(foto:damayanti)[/caption]Momentum Pertumbuhan
Data pergerakan penumpang di masa Natal dan Tahun Baru 2023–2024 menunjukkan lonjakan 27.500 penumpang dalam 17 hari, naik sekitar 8–10% dibandingkan tahun sebelumnya.
Pola serupa muncul saat musim mudik Lebaran-menandakan Silangit semakin menjadi pilihan utama wisatawan dan perantau menuju Kawasan Danau Toba.
Kini, ada 12 penerbangan harian dari/ke Jakarta dan Dumai, dilayani oleh Batik Air, Citilink, Super Air Jet, dan AirAsia. Dukungan transportasi darat dari Damri, Sampri, Noah, Trans Tapanuli, hingga Grab turut menopang konektivitas ke Kawasan Danau Toba.
Menurut analisis World Bank dalam Market Analysis and Demand Assessment of Lake Toba, penguatan akses udara seperti Silangit adalah katalis utama peningkatan wisatawan domestik dan mancanegara ke Kawasan Danau Toba.
Lonjakan penumpang ini menjadi sinyal kuat bagi pemerintah dan investor bahwa minat pasar terhadap Danau Toba terus meningkat.
Insight Kebijakan:
Pemerintah perlu memanfaatkan momentum ini sebagai dasar untuk mempercepat investasi infrastruktur logistik dan destinasi, memastikan kapasitas bandara, jalan, dan pelabuhan sejalan dengan lonjakan wisatawan.
Peta menunjukkan rute yang harus ditempuh dari Bandara Kualanamu atau Silangit menuju Parapat.[/caption]Kehadiran Super Air Jet dengan rute Jakarta–Silangit sejak Oktober 2023 menjadi babak baru dalam menarik pasar wisatawan muda. Dengan tarif mulai Rp739.000 dan promosi digital melalui aplikasi BookCabin, rute ini menghubungkan langsung ibu kota dengan Danau Toba tanpa transit.
Frekuensi penerbangan tujuh kali seminggu menunjukkan stabilitas dan potensi kuat pasar milenial. Dalam studi JITHOR (Daryana et al., 2025), generasi muda kini menjadi motor penggerak pariwisata alam dan budaya, dengan preferensi terhadap pengalaman digital, keberlanjutan, dan akses mudah.
Insight Kebijakan:
Pemerintah dan pelaku industri perlu memperkuat kolaborasi dengan maskapai dan OTA (Online Travel Agent) untuk:
- Mengembangkan paket eco-digital tourism Danau Toba,
- Memberikan insentif landing fee dan promo tiket bundling,
- Menjadikan Silangit sebagai hub wisata milenial Sumatera Utara.
Aksesibilitas: Titik Lemah yang Menghambat Potensi
Jika udara menjadi kekuatan Silangit, maka darat adalah titik lemah yang menuntut perhatian serius. Wisatawan kerap mengeluhkan minimnya transportasi lanjutan dari bandara menuju Parapat atau Samosir.
Bus Damri dan Sampri hanya beroperasi dua kali sehari dengan waktu tempuh 2–3 jam, sementara taksi daring mematok tarif hingga Rp900.000.
Padahal, laporan World Bank menegaskan bahwa akses internal dari Silangit ke Ajibata dan Samosir merupakan faktor penentu keberhasilan Kawasan Danau Toba sebagai destinasi terintegrasi
Insight Kebijakan:
- Tingkatkan frekuensi dan subsidi transportasi darat,
- Bangun sistem tiket multimoda (pesawat–bus–kapal),
- Percepat perbaikan jalan Silangit–Ajibata–Samosir,
- Tetapkan regulasi tarif wajar dan transparan bagi transportasi wisata.
Status Bandara Internasional
Sebelum pandemi, Silangit sempat melayani penerbangan internasional AirAsia dan SilkAir dari Kuala Lumpur dan Singapura. Dengan infrastruktur bandara yang telah ditingkatkan — mulai dari sistem navigasi ILS dan PAPI hingga terminal modern — Silangit sejatinya siap menyandang kembali status “bandara internasional”.
Studi ITB WPAR Journal menunjukkan bahwa pasar wisatawan dari Malaysia, Singapura, Tiongkok, Belanda, dan Jerman merupakan target potensial untuk penerbangan langsung ke Danau Toba.
Insight Kebijakan:
- Kampanye “Fly Direct to Lake Toba” di pasar ASEAN,
- Fasilitasi kerja sama charter flight pariwisata,
- Berikan insentif bagi maskapai yang membuka rute baru.
Informasi dan Kelembagaan Transportasi
Meski Bandara Silangit kini menjadi simpul penting mobilitas, koordinasi antaroperator transportasi masih minim. Jadwal bus, kapal, dan penerbangan jarang terintegrasi dalam satu sistem informasi.
Laporan JITHOR (2025) menegaskan perlunya pembentukan kelembagaan lintas kabupaten untuk mengelola mobilitas wisata Kawasan Danau Toba secara terpadu
Insight Kebijakan:
- Bentuk Toba Mobility Task Force di bawah BPODT,
- Digitalisasi informasi transportasi wisata,
- Terapkan Tourism Peak Season Contingency Plan untuk mencegah kemacetan dan kekurangan transportasi saat liburan.
Silangit telah membuktikan dirinya sebagai gerbang strategis menuju Danau Toba — bukan sekadar bandara regional. Namun untuk menjadikannya model bandara destinasi nasional, dibutuhkan langkah konkret:
- Integrasi moda transportasi udara–darat–air,
- Insentif bagi maskapai dan pasar wisata muda,
- Reaktivasi rute internasional,
- Koordinasi kelembagaan dan digitalisasi layanan wisata.
Bersama dukungan AP II, BPODT, BUMN, dan swasta, Silangit berpotensi menjadi ikon bandara berkarakter destinasi, bukan hanya tempat transit.
Jika langkah ini dijalankan dengan konsisten, Danau Toba bukan hanya menjadi tujuan wisata — tetapi juga simbol keberhasilan pariwisata berkelanjutan Indonesia.
Penulis/Editor: Damayanti Sinaga
.png)
No comments:
Post a Comment